Belum lama ini salah satu teman saya menanyakan opini saya tentang, "lebih baik baca buku hasil terjemahan atau baca buku dengan bahasa aslinya?" Lalu saya menjawab, saya lebih memilih buku yang sudah diterjemahkan.
Karena ini adalah opini pribadi, jawaban saya tersebut berdasarkan prinsip Dokkodo. Dokkodo adalah prinsip-prinsip yang ditulis oleh Miyamoto Musashi, seorang samurai legendaris dari Jepang pada abad ke-16, mungkin masih dianggap yang terbaik hingga saat ini (the Greatest of All Time).
Dokkodo mengajarkan kesederhanaan dalam hidup, salah satunya bertujuan agar kita dapat lebih fokus dan mengenyampingkan hal-hal eksternal lainnya yang dapat mengganggu fokus kita.
Dokkodo: "Bijaksanalah Dengan Kehidupan Pribadimu."
Dengan membaca sebuah buku yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa kita sendiri, itu menunjukkan kesederhanaan dan fokus pada substansi, yaitu pengetahuan dan informasi yang ingin kita pelajari dari isi buku tersebut. Karena bahasa asli saya adalah Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris saya pun masih di bawah rata-rata, saya tidak ingin membuang-buang waktu untuk berpikir dua kali saat membaca sesuatu, khususnya saat harus menerjemahkan bahasa asing tersebut di dalam pikiran kita.
Jadi:
- Saya ingin fokus pada substansi.
- Saya tidak ingin menghambat sesuatu karena kelemahan bahasa saya sendiri.
- Saya tidak ingin membuang-buang waktu untuk menerjemahkan kembali ke bahasa saya.
Maka dari itu, dengan mencoba memegang prinsip Dokkodo, lebih baik saya memilih membaca buku yang sudah diterjemahkan saja.
Apakah saya juga membaca buku yang berbahasa Inggris? Iya! Tapi itu opsi kedua bagi saya jika memang belum ada terjemahannya.
Apakah membaca buku dengan bahasa asing itu salah? Tidak juga, kalau memang level penguasaan bahasanya sudah bagus, silahkan saja. Lagi pula, artikel saya ini berdasarkan opini pribadi.
Meski begitu, buku hasil terjemahan pun masih ada kekurangannya, yaitu keorisinilan, yang di mana bisa saja jadi makna yang berbeda setelah diterjemahkan (karena perbedaan bahasa).
Tidak ada yang salah dengan dua hal tersebut, yang salah justru kalau kita berhenti membaca, pernah ada yang bilang (tapi saya lupa ini kutipan siapa), manusia mati ketika ia berhenti berpikir.

Komentar
Posting Komentar