Cara Singkat Mencari Saham Undervalue

Sebagai seseorang yang baru terjun menjadi Value Investor di bursa saham, hal yang pertama yang saya pertanyakan pada saat itu yaitu "Bagaimana Cara Mencari Saham Yang Sedang Murah?"




Berikut ini adalah indikator-indikator yang sudah saya pelajari sebelumnya.


1. Price to Book Value (PBV)

Price to Book Value (PBV) adalah rasio keuangan yang bisa digunakan untuk menilai valuasi sebuah saham itu sedang murah atau tidak.

Perhitungan PBV itu menggunakan nilai ekuitas (equity) milik perusahaan.

Sebagai contoh di sini terdapat perusahaan yang memiliki PBV 0.5 dengan asumsi harga sahamnya saat ini yaitu 500 maka dapat dikatakan harga saham tersebut sedang murah alias setengah harga dari valuasi ekuitasnya yaitu 1000 (karena PBV 0.5 alias 50%).

Sebagai catatan, PBV yang nilainya lebih rendah itu lebih baik, idealnya di bawah 1.

Namun terdapat beberapa kekurangan, salah satunya yaitu tidak cocok digunakan untuk saham pada perusahaan yang tidak berkembang dan tidak memiliki future-value (prospek jangka panjang).


2. Price to Earning Ratio (PER)

Price to Earning Ratio (PER) adalah suatu indikator perhitungan untuk mengukur pengembalian keuntungan (laba bersih perusahaan) kepada para investor.

Sebagai catatan, PER lebih rendah itu lebih baik, idealnya di bawah 15.

Namun perlu dicatat bahwa PE Ratio sendiri itu tidak cocok untuk saham yang bersifat siklus (cyclical) seperti tambang batu bara dan sejenisnya, yang di mana bisa terjadi lonjakkan laba bersih pada tahun tertentu (karena harga jual hasil tambangnya sedang naik) dan membuat PE Ratio-nya menjadi rendah untuk sementara waktu, namun di tahun berikutnya akan turun signifikan.

Perlu diperhatikan juga bahwa terdapat parameter lain untuk mempertimbangkan PER seperti Earning Per Share (EPS).

Earning per Share (EPS) adalah hasil perhitungan dari laba bersih perusahaan dibagi dengan jumlah saham yang beredar.

Bilamana EPS pertahunnya itu mengalami penurunan yang signifikan maka lebih baik hindari untuk beli saham tersebut.


3. Debt to Equity Ratio (DER)

Debt to Equity Ratio (DER) biasa digunakan untuk menimbang hutang perusahaan apakah lebih kecil dari nilai ekuitas atau malah lebih besar dari nilai ekuitasnya.

Rumus:

Total Hutang / Total Ekuitas = DER.

Bilamana terdapat perusahaan yang memiliki DER di bawah 0.9 atau 90% dapat dikatakan bahwa perusahaan tersebut memiliki neraca keuangan yang sehat dengan kata lain perusahaan memiliki ekuitas lebih besar dari hutang yang dimiliki. Karena ekuitas sendiri bisa dibilang sebagai "uang dinginnya" perusahaan, maka kita bisa lebih tenang ketika kewajibannya itu lebih rendah dari "uang dinginnya."

Tapi, bilamana tedapat perusahaan dengan nilai DER di atas 1.x atau di atas 100% maka perusahaan tersebut memiliki hutang yang lebih besar dari nilai ekuitasnya.

Sebagai catatan, DER lebih rendah itu lebih baik, idealnya di bawah 1.0 atau 100%.


4. Return on Equity (RoE)

RoE adalah indikator perhitungan jumlah pendapatan bersih dengan jumlah total modal. Di mana jika terdapat perusahaan yang memiliki RoE yang tinggi maka dapat dikatakan perusahaan tersebut dapat menyulap modalnya dengan sangat baik sehingga mendapatkan laba yang maksimal.

Sebagai catatan, RoE lebih tinggi itu lebih baik.


Hanya Contoh, Bukan Ajakkan Untuk Beli


Parameter-parameter di atas hanya berguna untuk menentukan harga saham yang sedang murah secara valuasi. Perlu diingat Value Investing bukan hanya beli "saham murah" saja tapi perlu diperhatikan juga prospek kedepannya.


Karena saham yang bagus biasanya:

  1. Valuasi murah
  2. Prospek bagus

Perlu dicatat juga, mentor saya pernah berkata: "murah belum tentu baik, bisa saja murah karena murahan."

Sekian dan terima kasih.


Komentar